Peran Mulia Sang Bunda
Sosok ibu selalu membekas di hati
setiap anak. Bagaimanapun rupa sang bunda, seperti apapun sifatnya, tapi
cinta, kasih sayang, dan perhatiannya akan selalu kita kenang dan
rindukan. Mungkin tak semua ibu lemah lembut, ada pula ibu yang keras
perangainya dan tegas...
Peran Mulia Sang Bunda
Sosok ibu selalu membekas di hati
setiap anak. Bagaimanapun rupa sang bunda, seperti apapun sifatnya, tapi
cinta, kasih sayang, dan perhatiannya akan selalu kita kenang dan
rindukan. Mungkin tak semua ibu lemah lembut, ada pula ibu yang keras
perangainya dan tegas didikannya. Tapi satu hal, kesuksesan sang buah
hati mampu membuatnya tersenyum bangga dan berurai air mata bahagia.
Setiap sukses yang diraih seseorang,
maka ada peran besar orang di belakangnya. Begitulah yang selama ini
selalu terjadi. Banyak orang-orang besar di dunia yang berhasil berkat
peran sang ibunda. Sekilas peran sang bunda sangat kecil dan sepele.
Padahal Allah SWT dan Rasulullah SAW menempatkan posisi ibu di
tempat yang begitu mulia seperti dalam hadist Bukhseari dan Muslim,
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli
dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya,
“Kemudian siapa?” tanya laki-laki itu. “Ibumu,” jawab beliau, “Kemudian
siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu,” jawab beliau. ” Mengapa
Rasulullah sedemikian rupanya menghormati sang ibu? Karena sesungguhnya
peran ibu dalam kehidupan seseorang sungguhlah besar dan mulia.
Ibu, Pengasuh Sang Buah Hati
Perkara hamil, melahirkan, menyusui dan
mengasuh anak sungguhlah bukan suatu hal yang mudah. Kepayahan luar
biasa dan kelelahan tiada terkira dialami sang bunda.
Ibu manapun di seluruh dunia merasakannya. Berjuang menjaga
kandungannya selama sembilan bulan, melahirkan buah hati ke dunia meski
sakit mendera seluruh raga, menyusui, merawat dan mengasuhnya dari hari
ke hari tanpa pernah meminta untuk berhenti. Tak ada seorangpun yang
mampu menggantikan peran ibu terhadap anaknya. Dan takkan mampu sang
anak membalas seluruh pengorbanan sang bunda. Maka, Allah SWT berfirman
dalam surat al-Ahqaf ayat 15, “Dan Kami perintahkan kepada manusia
agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya
dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula.
Mengandungnya dengan menyapihnya adalah tigapuluh bulan.”
Zaman terus berganti, namun
ternyata peran sebagai seorang ibu tak terkikis kemuliaannya. Apapun
titel dan gelarnya. Naluri sang ibu tetap terfokus pada kebaikan sang
buah hati. Berapa banyak ibu-ibu yang telah menuntaskan sekolahnya
hingga memiliki banyak gelar, namun tetap memilih mengurus anak-anaknya
di rumah daripada berkarier di luar rumah. Berapa banyak para ibu yang
memilih meninggalkan pekerjaan dan kariernya demi sang buah hati yang
menanti uluran kasih sayang dan perhatiannnya. Ini membuktikan bahwa
apapun itu takkan mampu menggoyahkan tekad sang bunda untuk merawat
sendiri buahhatinya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Ibu, Pendidik Terhebat bagi Anak Tercinta
Perilaku seseorang sebagian besar
dipengaruhi oleh lingkungannya dan didikan orangtuanya semasa kecil
dahulu. Maka ibu adalah guru pertama bagi anak. Ibu adalah contoh nyata
bagi anak dalam berperilaku dan sudah seharusnyalah, ibu adalah orang
pertama yang menanamkan akhlak dan budi pekerti pada sang anak. Maka
merupakan sebuah kerja keras bagi seorang ibu untuk menanamkan
pendidikan akhlak kepada anak pada zaman sekarang ini. Zaman di mana
arus informasi dan budaya membanjiri lingkungan. Zaman di mana semuanya
serba instan dan individual. Maka memerlukan lebih dari sekedar cinta
kasih untuk menanamkan pendidikan akhlak serta ajaran agama bagi sang
ibu dalam mendidik anak-anak tercinta.
Seorang ibu harus pandai, ibu harus tau
‘ilmunya’ dalam mendidik anak. Karena seorang ibu akan menyesal seumur
hidupnya, jika kelak buah hati tercinta menapaki jalan yang salah,
tersesat di era globalisasi, sehingga ia tak lagi mengenal Tuhannya, ia
melupakan adat istiadat bangsanya dan ia tak lagi menghormati ibunya.
Maka, jangan lagi kita sepelekan tugas
ibu, karena beliaulah yang dengan susah payah, tanpa kenal lelah dan tak
kenal kata menyerah, mengajari kita akan arti syahadat, mengingatkan
kita agar tak lupa pada syariat, dan menuntun kita agar memahami betapa
pentingnya sopan santun dan akhlak yang mulia , hingga kemana pun kaki
kita menjelajah kita tak meninggalkan adat istiadat kita sebagai orang
timur dan kewajiban kita sebagai seorang muslim.
Ibu, Sosok Luar Biasa di Balik Kesuksesan Ananda
Jika kita menemukan orang sukses di luar
sana. Tanyakan padanya bagaimana peran sang ibu dalam hidupnya. Begitu
banyak cerita-cerita hebat tentang peran sang Ibunda dibalik kesuksesan
seseorang.
Siapa yang tak mengenal Thomas Alva
Edison, seorang penemu terbesar sepanjang sejarah. Tapi ternyata Thomas
kecil dianggap sebagai anak yang agak tuli dan bodoh oleh guru di
sekolahnya. Bahkan ia mendapatkan surat dari sekolahnya yang menyatakan
bahwa ia sangat bodoh dan meminta ibunya untuk mengeluarkannya dari
sekolah. Di sinilah kehebatan Sang ibu jelas terlihat. Ibunda Thomas
tidak menyerah , setelah semua sekolah tidak mau menerima anaknya, ia
pun menjadi guru pribadi bagi Thomas. Ia kembali menumbuhkan semangat
dan rasa perciyi pada diri Thomas. Ibu Thomas mengajarkan Thomas cara
membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan
buku-buku bagi Thomas, antara lain buku-buku yang berasal dari penulis
seperti Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens. Sedikit
demi sedikit semangat dan kepercayaan diri Thomas semakin meningkat.
Thomas sangat senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yang ada.
Dari semua yang dipelajarinya, Thomas menerapkan pelajaran tersebut
dengan cara bereksperimen di laboratorium kecilnya. Thomas melakukan
percobaan dan eksperimen terus menerus hingga penemuan-penemuannya
menjadi sempurna. Kini dunia pun mengakuinya, tak ada lagi yang
meragukan kejeniusan Thomas Alva Edison yang dulu dicap sebagai anak
yang bodoh. Dan keberhasilannya tak lepas dari peran besar dan mulia
sang bunda, Nancy Mattews Edison. Masihkah ada yang menyepelekan peran
ibu?! (Vi)